Monday, October 31, 2011

EIGHTIN

temen" mohon jangan copas ea? masalahnya ini cerpen sudah saya kirim ke Lomba Cerpen dan Essay KKN PPL UNY... kan ga lucu kalo gara" cerita saya yg ga bagus ini  temen" disebut plagiat.. oke? I trust you guys!! ^.^



 Eightin

Jerit, tangis, tawa, haru, dan gembira berbaur menjadi satu ketika lima pemuda berdiri dengan gagah di depan ribuan gadis.  Panggung seluas 35 meter persegi dengan dekorasi yang sempat membuat mata terpana menjadi tak berarti ketika Kevin, Esa, Akmal, Vir, dan Juni berdiri di panggung. Kelima remaja tanggung itu tergabung dalam sebuah band bernama Eightin yang baru memulai debutnya enam bulan yang lalu. Tampang oke, suara merdu, dan kepiawaian mereka dalam bermusik membuat kiprah mereka di dunia entertain berjalan mulus adanya. Faktor itu jugalah yang membuat lagu debut berjudul First Thing membawa mereka merilis album perdana bertajuk Agen 18.
            Personel Eightin menyapa semua fans dengan lambaian tangan dan sapaan hangat sebelum lagu pertama dimainkan. Seperti biasa, gadis-gadis itu menjadi liar ketika Vir, personel yang acap kali disapa Pangeran Arab, menebarkan senyum mautnya. Ditambah kedipan mata Esa yang menggoda membuat suasana semakin riuh. Sementara itu, ketiga personel lainnya sibuk menyalami para fans dan menerima hadiah dari mereka. Suara riuh rendah itu akhirnya berhenti saat intro mulai dimainkan.
            “ Lagu ini untuk kalian! I love U, EighFive!” seru Eightin bersamaan. EighFive adalah nama untuk fans mereka yang diambil dari kata high five.
            “ EIGHTIN!!!!!!! Aaaaaahhh,” teriakan penuh semangat menjadi jawaban atas pernyataan cinta Eightin. Mengalunlah lagu ballad Masih Bernafas sebagai lagu pembuka dalam launching album Agen 18.


Sudah lebih dari satu jam acara launching album mereka usai dan kini mereka berada di basecamp. Seperti kebanyakan kamar cowok, basecamp Eightin tak ubahnya sebuah kapal pecah. Baju kotor dan baju bersih tak bisa dibedakan. Bungkus makanan ringan berserakan dimana-mana. Hampir semua tempat di dorm Eightin tak terlihat wujud aslinya, kecuali buku pelajaran yang tersusun rapi di samping tempat tidur yang bertingkat. Maklum, meskipun masih usia SMA, kelima musisi itu tak pernah menyentuh buku pelajaran. Pernah suatu kali, manager Eightin yang biasa dipanggil Kak Anggit, menegur mereka untuk tetap eksis dikancah pendidikan. Namun, teguran itu tak digubris.
            “ Vir. Ambilin minum di kulkas!” teriak Kevin begitu ia merebahkan tubuh di atas sofa. Vir langsung merengut.
            “ Bang, ambil sendiri kenapa? Aku mau mandi, nih. Gerah. Suruh saja Akmal,” tolak Vir. Akmal yang tahu kalau dirinya hendak dijadikan bulan-bulanan segera pergi dari hadapan personel lainnya. Akmal adalah member termuda. Tak heran jika ia sering dipermainkan.
            “ Sa. Ambilin!” perintah Kevin pada Esa. Esa yang sedang menonton televisi melengos.
            “ Ogah. Ambil aja sendiri,”
            “ Hah, kalian memang bukan teman yang baik,” komentar Kevin saat dilihatnya member Eightin tak menghiraukannya. Juni, sang rapper, hanya tertawa melihat kelakuan mereka. Kevin memang tidak begitu saja memerintah Juni lantaran Juni lebih tua satu tahun daripada Kevin.
            “ Kalian ini memang tak bisa akur ya?” tiba-tiba Kak Anggit datang membawa bungkusan berisi makanan. Terang saja bungkusan itu diserbu para member tak terkecuali Akmal yang sempat bersembunyi.
            “ Selamat untuk album pertamanya.. semoga kalian tambah sukses,” kata Kak Anggit,” ngomong-ngomong, kapan kalian ujian semester pertama?”
            “ Desember, Kak. Tepatnya mulai tanggal 5. Kenapa?” jawab Kevin.
“Sekarang sudah sudah 30 November, sebentar lagi kalian ujian. Apa kalian sudah belajar? Lima hari itu singkat, lho”
“ Kan kita bisa belajar sistem SKS, Kak.. tak usah khawatirlah. Justru Bang Vir lah yang perlu dikhawatirkan. Karena hanya nilai Bang Vir yang tidak baik-baik saja,” kali ini Akmal yang menjawab. Segera ia dihadiahi timpukan bantal dari Vir.
“ Aku khawatir kalian tidak sempat belajar. Jadwal manggung kalian akan penuh selama Desember,” Kak Anggit diam sebentar,” jika ujian kalian tidak memenuhi ketuntasan, aku khawatir agensi akan memutus kontrak kita.”
Ruangan itu menjadi sunyi. Ancaman pemutusan kontrak kerja dengan agensi merupakan ancaman terbesar dalam hidup Eightin. Bagaimana tidak? Baru saja mereka merilis album perdana sudah terjadi masalah yang cukup mengkhawatirkan. Masing-masing member tahu tingkat kecerdasan mereka. Kevin yang duduk di bangku kelas XI IPA sangat ahli dalam pelajaran eksak. Esa yang baru masuk SMA menguasai ilmu sosial. Si bontot, Akmal, masih kelas IX SMP. Sebentar lagi ia menghadapi ujian akhir. Begitu pula Juni. Ia akan menghadapi ujian akhir SMA. Hanya Vir lah yang belum mencetak prestasi. Seperti kata Kevin,” Vir tidak bisa membaca buku pelajaran dengan mata terbuka.”
 “Oh, iya.. besok akan ada try out untuk kalian. Hasil try out itu akan ikut andil dalam keputusan agensi. Jadi, Kakak harap kalian belajar semaksimal mungkin.”
Kata-kata terakhir Kak Anggit sebelum ia pulang terasa menohok ulu hati Eightin. Semua bertekad memperbaiki sistem belajar mereka. Tak terkecuali Vir. Ia ingin membuktikan bahwa ia bisa dan ia tak ingin diolok-olok lagi.
***
Belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) sangat melelahkan seperti membaca buku setebal dua ribu halaman. Tak heran jika member Eightin bangun kesiangan akibat begadang hingga pagi. Try out dimulai pukul delapan pagi sementara member Eightin bangun pukul tujuh. Awal yang buruk untuk memulai hari. Jam di tangan Kevin menunjukkan pukul delapan kurang lima menit saat mereka tiba di Mutiara Entertaiment, tempat try out dilaksanakan. Vir dan Akmal turun dari mobil dengan mata tertutup karena mengantuk. Tiga member lainnya menatap gedung empat lantai itu tanpa semangat.
Sebuah ruangan telah disiapkan untuk try out. Dua belas set meja dan kursi tertata rapi di ruangan itu. Beberapa kamera CCTV sengaja di pasang di sudut ruangan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Selain Eightin masih ada artis ME lain yang ikut try out. Mereka adalah tiga member HanaBelle, penyanyi Judith, dan duo Cossin. Saat asyik mengobrol dengan teman satu agensi, tiba-tiba Direktur ME menampakkan diri.
“ Baiklah, sebelum kita mulai try out ini ada beberapa hal yang perlu kalian ketahui. Kita tahu karir kalian sedang berada di puncak kesuksesan. Aku khawatir pendidikan kalian tidak. Untuk itu aku berharap kalian mampu mengangkat nilai kalian melalui latihan-latihan yang akan kami berikan setidaknya dua kali mulai dari hari ini. Sudah waktunya, try out dimulai sekarang.”
***
Hasil try out keluar satu jam setelah tes selesai. Namun sebelum hasil dibagikan, semua member dipanggil ke ruang direktur. Tentu saja hal ini membuat kelima anak itu was-was. Jangan-jangan mereka yang bakal hengkang dari ME dengan tidak terhormat. Wajah mereka pias. Akan tetapi wajah Vir lah yang paling pucat.
 “ Aku akan berkata jujur pada kalian. Setelah melihat hasil try out, ini terasa begitu memalukan. Kalian adalah bintang para remaja. Tak cukup bermodal tampang dan bakat bermusik. Kau juga perlu otak untuk bertahan di dunia hiburan.”
Dengan penuh rasa malu, member Eightin mendengarkan ucapan Direktur ME begitu mereka duduk berhadapan. Mereka menundukkan kepala seolah dapat menghalau pendangan orang lain.
“ Aku akan berpura-pura bahwa ini adalah suatu kesengajaan untuk membuat sensasi. Tapi ingat! Dalam waktu tiga hari sebelum ujian kalian, kalian tidak diperbolehkan menerima job apapun. Semua job dalam waktu dekat ini akan dibatalkan. Dan jika gagal ujian, kontrak kalian kami putus.”  Direktur ME bangkit dan berlalu meninggalkan Eightin yang masih menunduk.
***
Mendengar masalah yang dihadapi anak-anak asuhnya, Kak Anggit berusaha keras mencari guru les untuk Eightin. Harus ada minimal tiga orang guru, untuk Akmal, guru Sosial untuk Vir dan Esa, dan untuk Kevin dan Juni seorang guru Ilmu Alam. Kesana-kemari mencari-cari sampai Kak Anggit menemukan tiga guru yang sesuai. Semoga tiga guru tersebut mampu membimbing kelima anak-anak asuhnya dengan maksimal dalam waktu tiga hari.
***
Hari kedua bulan Desember digunakan untuk membersihkan basecamp Eightin. Ruang yang kotor, kata Kak Anggit, tidak nyaman digunakan untuk belajar. Dari pukul tujuh pagi hingga pukul sebelas, member Eightin membersihkan dorm. Mereka harus bekerja keras untuk berhasil dalam ujian dan menyelamatkan karir mereka.
“ Aku diberitahu oleh Pak Direktur tentang hasil tes kalian. Kalian mau lihat?” member Eightin mengangguk lemah sebagai jawaban. Saat itu Kak Anggit sedang berada di basecamp Eightin untuk memberitahu mereka tentang rencananya. Kak Anggit memberikan kertas hasil tes kemarin pada Kevin.
“ Langsung saja. Aku sebenarnya kecewa melihat hasil kalian. Tapi mau bagaimana lagi? Kalian kurang persiapan. Aku tahu kalian berlima itu pintar. Kevin dan Juni mendapat skor nyaris sempurna untuk Fisika. Esa skor tertinggi untuk bahasa Inggris.  Akmal bagus di bidang IPA, dan Vir mengejutkan sekali. Matematika mu lebih bagus daripada milik Esa. Tapi ada satu yang sulit kalian kerjakan. Bahasa Indonesia.”
“ Kau benar, Kak.. bahasa kita malah jadi soal yang paling rumit. Benar menurut kita belum tentu benar di mata guru kita,” keluh Vir. Sementara itu yang lain mengangguk takzim.
“ Untuk itu, mulai malam ini akan ada guru pembimbing yang akan mengajari kalian,” terang Kak Anggit. Semua mata membelalak padanya.
“ Aku bisa belajar sendiri tanpa guru pembimbing. Beri aku buku pelajaran dan soal. Aku bisa menjawabnya dengan cepat,” celetuk Kevin angkuh.
Juni yang diam dari tadi akhirnya angkat bicara,” Hei. Gaya Lu! Cuma di Fisika aja yang dapat 90, kepala lu udah segedhe balon udara. Ngaca dong! Matematikamu aja ngga nyampe 70 kan? Kimia? Cuma dapet 65. Nyadar, Vin, ujian besok nggak cuma Fisika aja!”
“ Nggak ada pantes-pantesnya kamu jadi leader!,” imbuh Juni sengit. Ia memang sudah lama risih dengan sikap Kevin yang suka mengatur dan memerintah member lain.
“ Kok jadi aku sih, Bang?” tuntut Kevin. Ia tidak terima dibentak seperti itu. “ lagian ini nggak ada hubungannya dengan aku sebagai leader.”
“ Kau ini memang bebal, Vin! Pantas saja member yang lain malas bergaul denganmu. Kau itu sombong.” Balas Juni.
“ Kalian ini, sudah! Cukup pertengkaran kalian. Ini bukan masalah individu saja Kevin. Kamu tidak bisa bekerja secara sendiri. Kamu membutuhkan mereka dan mereka membutuhkanmu,” lerai Kak Anggit.
“ Sudahlah. Aku muak dengan mereka. Aku akan berhenti dari Eightin agar Bang Juni nanti bisa menggantikanku sebagai leader. Malam ini juga aku pergi,” usai berkata-kata, Kevin masuk ke kamar dan mengepak barang-barangnya. Ia tetap berlalu meski Vir mencoba menghentikan aksinya.
***
Malam harinya, guru pendamping datang. Tanpa Kevin yang suka memerintah, basecamp menjadi tentram. Tentram menurut Juni, Akmal, dan juga Esa. Selama pelajaran berlangsung, mereka bisa berkonsentrasi, malah mereka juga bercanda dengan guru pendamping wanita yang masih muda. Tapi tidak dengan Vir. Ia tak bisa memahami satu kata pun. Ia adalah member Eightin yang memiliki ikatan emosi yang paling kuat dengan Kevin. Ia merasa kehilangan. Ia ingin mengembalikan Kevin ke dalam Eightin dan mendengar suara mengaturnya. Tanpa menghiraukan pandangan member lain dan teriakan kembali Kak Anggit, Vir melenggang ke tempat favorit Kevin.
***
Taman Viktoria pukul sepuluh malam sepi tak bernyawa. Ayunan-ayunan berderik dihembus angin malam yang kencang. Vir, masih dalam usahanya mencari Kevin, membungkus tubuhnya rapat. Ia ingin menghalau dinginnya malam. Berkali-kali ia memanggil nama Kevin. Namun sama sekali tak ada yang menyahut. Dua kali sudah Vir mengelilingi taman hingga akhirnya ia menyerah dan pulang.
***
Kevin berhenti di Taman Viktoria. Tempat itu adalah tempat favoritnya. Member dan Kak Anggit tak tahu kalau ia sering pergi menyendiri disini. Mungkin semua member kecuali Vir. Vir membuatnya kaget setengah mati. Ia tak menyangka Vir nekad mencarinya kesini. Dia sadar bahwa tidak semua member membencinya. Terimakasih untuk Vir. Kevin memutuskan untuk membuntuti Vir saat ia menyera mencari Kevin. Kevin hanya ingin memastikan Vir sampai di basecamp dengan selamat.
“ Kemana saja kamu, Vir? Mencari Kevin?” Kevin mendengar sayup-sayup suara Juni.
“ Tidak, aku hanya mencari udara segar. Ayo masuk Bang! Dingin,” Kevin tersenyum kecil mendengar nada datar Vir. Ia pergi dengan senyum kemenangan. Entah apa maksudnya.
***
            Di pagi yang hangat, Kak Anggit datang membangunkan member Eightin. Tak lupa ia menyiapkan sarapan kesukaan member Eightin minus Kevin. Hari ini ketiga guru pembimbing akan datang pukul sembilan. Semua member harus siap menjalani pelajaran. Sebenarnya kelima member itu masih terdaftar di sekolah umun, tetapi atas permintaan agensi mereka ‘cuti’ sekolah. Anak asuh Kak Anggit rupanya malas bangun. Perlu guyuran air dingin untuk membangunkan Si Bontot Akmal. Akibatnya, Akmal lah yang harus mandi pertama kali. Kegiatan yang jarang dilakukan Akmal.
            Materi pelajaran hari ini membuat Vir suntuk. Ia tak bisa memahami teori-teori ekonomi. Membolos terpaksa ia lakukan dengan alasan tak enak badan dan ingin ke dokter. Kenyataanya, ia pergi ke Taman Viktoria untuk mencari Kevin. Juni melihat gelagat aneh Vir sejak Kevin meninggalkan Eightin. Karena itu ia mengikuti Vir dari jauh untuk menjawab rasa penasarannya.
***
Semalam, Kevin tidur di sebuah ayunan, beralaskan besi dingin dan beratapkan kain peneduh ayunan. Udara malam yang dingin menyebabkan ia terserang flu. Tidurnya gelisah sepanjang malam. Miring ke kiri maupun ke kanan sama saja, dingin dan hidungnya mampet.
Kevin belum terjaga ketika Vir tiba di Taman Viktoria. Suasana pagi hari di taman itu terasa berbeda dibanding malam hari. Vir kembali memutari area taman. Satu kali berkeliling hasilnya nihil. Yang kedua, ia berhasil menemukan Kevin. Meringkuk kedinginan di ayunan. Lalu, Vir membangunkan Kevin.
“ Oh, kau rupanya. Ada  apa kemari, Vir? Ada masalah?” tanya Kevin.
“ Ya, ada. Bang Kevin nggak pulang ke basecamp,” jawaan Vir membuat Kevin tertawa.
“ Ya. Kau pergi tanpa pamit hanya karena kau mengira aku ingin posisimu sebagai leader.” Kali ini Juni yang dari tadi menguping angkat suara. Vir dan Kevin kaget melihat Juni.
“ Aku minta maaf, Vin. Gara-gara aku kamu jadi sakit begini,” sesal Juni.
“ Aku juga salah, Bang. Aku nggak bisa jaga sikap. Harusnya aku bisa dijadikan contoh untuk yang lain,” kata Kevin.
“ Ah, kalian jadi melankolis begini. Najis tahu nggak?” celetuk Vir. Ia sudah tak tahan ingin tertawa.
***
Waktu belajar bersama guru pembimbing tinggal satu hari. Akan tetapi, baik Vir maupun Kevin tak juga berhasil memahami satu teori pun. Para guru yang biasanya sabar kini sudah angkat tangan. Begitu pula Kak Anggit dan tiga member lainnya. Sampai akhirnya Vir dan Kevin sepakat bahwa pasrah dan banyak berdoa kemungkinan besar bisa membantu kelancaran ujian semester mereka.
Sebelum try out pertama dimulai member Eightin, terutama Vir bertekad untuk tidak melakukan SKS. Kenyataannya, belajar tanpa SKS terasa hampa. Hari keempat bulan Desember digelar try out putaran kedua.  Berkat usaha keras guru, member Eightin, dan Kak Anggit, hasil try out ini jauh lebih baik daripada sesi pertama. Hal itu membuat mereka mendapatkan kembali kepercayaan Direktur ME.
***
Ujian semester berlangsung selama satu minggu penuh. Kevin, Vir, Juni, Esa, dan Akmal masuk sekolah seperti anak-anak yang lain. Mengerjakan soal dengan penuh konsentrasi, sebisa mungkin menghindari mencontek, dan berusaha menghindari fans cewek satu sekolah yang siap menerkam member Eightin. Akibatnya selama istirahat berlangsung, member Eightin (meski berbeda sekolah) memilih toilet cowok untuk bersembunyi sambil belajar.
***
Di sebuah stasiun televisi, seorang presenter melaporkan konser sebuah boyband asal Yogyakarta yang sempat vakum karena ujian sekolah.“ Boyband satu ini patut dijadikan contoh untuk kalangan selebrita Tanah Air. Meski sedang naik daun, kelima personel grub Eightin tetap menjalankan kewajiban dan kebutuhan mereka sebagai pelajar. Untuk merayakan keberhasilan mereka dalam ujian, saat ini mereka menggelar konser amal,” ucap presenter bernama Kiki Sandara.
“ Baiklah, saat ini kita telah tersambung oleh Nadia langsung di Ambarukmo Plaza tempat mini konser Eightin digelar. Selamat sore Nadia? Bagaimana suasana Amplaz saat ini?” tak ada jawaban dari Nadia. Kiki mengulang pertanyaan yang sama. Tak juga ada jawaban. Yang terlihat di layar kaca adalah tampang Kiki yang mencoba tetap tersenyum dan seorang Nadia di screen di belakang punggung Kiki.
“ Mohon maaf pemirsa, rupanya telah terjadi kesalahan teknis. Jangan kemana-mana karena kami akan menyajikan berita mini konser Eightin setelah pesan-pesan berikut ini,”
Usai Kiki berpamitan, berbagai iklan muncul di layar kaca.

TAMAT

No comments:

Post a Comment